Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُو الْجَمَاهِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو كَعْبٍ أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Muhammad bin Utsman ad-Dimasyqi Abu al-Jamahir menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Ka’b Ayyub bin Muhammad as-Sa’di menuturkan kepada kami. Dia berkata; Sulaiman bin Habib al-Muharibi menuturkan kepadaku dari Abu Umamah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)
Hadits yang agung ini mengandung pelajaran berharga untuk kita, di antaranya :
- Wajib mengimani surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berbicara dengan memperturutkan kemauan hawa nafsunya akan tetapi beliau berbicara berdasarkan wahyu dari Allah ta’ala (lihat QS. an-Najm : 3-4)
- Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memang benar-benar utusan Allah dan bukan pendusta atau tukang sihir
- Hadits ini menunjukkan bahwa di surga nanti terdapat rumah, namun bagaimana kaifiyatnya kita tidak mengetahuinya. Dan kita tidak boleh menyimpangkan makna ‘rumah’ ini dengan makna lain tanpa ada dalilnya karena hal itu sama saja dengan mendustakan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Keutamaan meninggalkan perdebatan meskipun berada di pihak yang benar
- Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan perdebatan yang terjadi menimbulkan mafsadat yang lebih banyak daripada manfaatnya. Oleh sebab itu seorang yang berdebat -apabila terpaksa- maka harus dilandasi dengan niat yang tulus untuk mencari kebenaran dan penuh dengan sopan santun dalam berdebat serta menggunakan hujjah-hujjah ilmiah bukan sekedar ingin memenangkan pendapatnya atau karena ingin mengalahkan lawannya. Karena itulah para ulama salaf membenci perdebatan dengan ahlu bid’ah. Syaikh Walid hafizahullah menegaskan bahwa hukum asal berdebat dengan ahli bid’ah adalah haram. Demikian, makna ucapan beliau. Maka hendaknya ditempuh cara yang lebih baik dari itu yaitu dengan nasihat ilmiah dan tanpa perlu menanggapi atau menampilkan ucapan-ucapan mereka yang hanya mau ‘ngeyel’ saja dan tidak bermaksud untuk mencari kebenaran namun hanya ingin beradu argumentasi dan ‘meramaikan’ perbincangan saja.
- Haramnya berdusta
- Keutamaan berkata jujur saat serius maupun bercanda
- Keutamaan akhlak mulia
- Hadits ini menunjukkan bahwa akhlak yang buruk bisa diubah menjadi akhlak yang mulia
- Hadits ini menunjukkan bahwa surga itu bertingkat-tingkat
- Hadits ini menunjukkan bahwa amal merupakan sebab masuk ke dalam surga, namun amal bukanlah nilai tukar yang sebanding dengan kenikmatan surga
- Iman meliputi ucapan dan perbuatan
- Keimanan manusia itu bertingkat-tingkat
- Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya
- Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam.